Sekitar 10-12 tahun lalu ketika saya masih sering ikut-ikutan pelatihan bisnis, para coach pelatih bisnis banyak yang mengingatkan,
“Bisnis anda harus naik kelasss.. anda harus mencetak profit yang bagus, agar portofolio bisnis anda juga bagus! Angka-angkanya juga harus menunjukkan pertumbuhan agar bankable... menarik pihak bank untuk memberikan pinjaman modal yang lebih besar kepada anda..”
Tahun 2008-2011 gerakan hijrah dari riba belum ngehits seperti sekarang, akses ilmu yang masih lambat, orang hanya memegang gadged blackberry yang lebih sering error, cabut baterei dan banting solusinya. Youtube belum ada kajian-kajian para ustadz yang membahas fiqh muamalah dalam Islam, termasuk salah satu bahasan soal riba
Akhirnya memang banyak yang melakukan polesan angka-angka dalam bisnisnya agar jadi “bankable” itu.. dilirik oleh petugas bank, agar jadi target nasabah untuk dikucurkan dana pinjaman modal dengan bunga sekian-sekian. Bankable menuntut bisnis yang kelihatan, ada bentuknya, kelihatan aktivitasnya, ada rincian alur kas yang demikian menarik dan cantik. Tanpa piutang mandeg, pokoknya arus kas haruss lancar jaya.
Bayangkan saja, ketika awalnya sudah niatnya tipu-tipu angka, biar dianggap bisnisnya memang layak dikucuri dana. Polesan dipaksakan. Ketika cair bahagiaaa.. serasa jadi orang kaya! Dapat uang puluhan, ratusan juta bahkan milyaran dengan tiba-tiba.
“Kalau ada pencarian kredit mas, ada aja nasabah yang datang kerumah, ngasih amplopan sebagai ucapan terimakasih karena kreditnya saya cairkan” cerita salah satu kawan mantan pegawai bank yang sekarang hijrah jadi bakul jalanan
Diterima?
“Ya waktu itu iyalah mas, tapi ya begitu.. duit panas, gampang ilangnya begitu saja” katanya melanjutkan
Zaman berubah, bisnis-bisnis di era sekarang yang sudah berkomitmen tanpa utang riba melejit dimana-mana, dan mereka punya ciri menarik,
1. Jualan mayoritas online
2. Gak peduli soal tempat, gak nyewa toko besar dan mahal di pinggir jalan.
3. HPnya adalah tokonya, website landingpage lapaknya, facebook dan instagram medan perangnya!
4. Gak urusan dengan “bankable-bankable” an. Yang penting omzet bagus, profit bagus karena memang gak niat ngutang!
5. Independen, bebas jualan, diam-diam omzet milyaran
1. Jualan mayoritas online
2. Gak peduli soal tempat, gak nyewa toko besar dan mahal di pinggir jalan.
3. HPnya adalah tokonya, website landingpage lapaknya, facebook dan instagram medan perangnya!
4. Gak urusan dengan “bankable-bankable” an. Yang penting omzet bagus, profit bagus karena memang gak niat ngutang!
5. Independen, bebas jualan, diam-diam omzet milyaran
Beberapa waktu lalu saya datang ke sebuah usaha teman saya. Dari depan rumah biasa, gak kelihatan blas sebuah tempat usaha.
Di depannya hanya ada sebuah meja yang kosong, gak kelihatan kayak orang jualan, ada lorong disampingnya menuju rumah belakang. Saya diajak kedalam, ketika dibuka saya bengong ngelihatnya..
Ada sekitar 30-an orang yang sedang sibuk menerima pesanan online sebuah produk busana. Ruangan tanpa jendela itu dipasangi beberapa AC sehingga tetap adem di dalamnya
Beberapa orang sedang di depan meja komputer melayani chating online
Yang lain melipat baju-baju yang baru datang.
Yang disana mengambil stock diatas rak yang tinggi.
Yang disini mengemas dalam dus-dus kemasan siap dikirim siang ini.
Semua sibuk! Semua bekerja melayani pesanan online..
Yang lain melipat baju-baju yang baru datang.
Yang disana mengambil stock diatas rak yang tinggi.
Yang disini mengemas dalam dus-dus kemasan siap dikirim siang ini.
Semua sibuk! Semua bekerja melayani pesanan online..
“Gilee nih! Gak ngira di dalam sini sebuah transaksi online baju gamis dikirim ke seluruh Indonesia.. ratusan tiap hari keluar!” Komentar saya
Kawan saya cuma mringis, setelah hijrah beberapa tahun lalu memang dia sudah gak peduli dengan label-label sukses semu. Yang penting bisnis berkah tanpa utang dan riba.
Iseng saya tanya, berapa sebulan perputaran uangnya di tempat nyempil ini.
“Alhamdulillah sudah rata-rata tembus 1 M sebulan...”
Duerrr!! Berarti omzetnya sehari 30-40 an juta! Ngerii deh pokoknya
Gak polesan bankable gak papa ternyata, fokus ke bisnis, bukan fokus ke utang, modal seadanya tapi dengan cerdas dilipatgandakannya. Bisnis pakai ilmu, bukan sekedar nabrak-nabrak penuh nafsu..
Bagaimana dengan bisnismu?
Masih polesan sana-sini demi dapet kucuran-kucuran dana utangan?
Komentar
Posting Komentar